Fenomena “generasi sandwich” telah menjadi realitas yang menekan banyak individu, di mana mereka merasa terbebani untuk mendukung keuangan orang tua sekaligus anak-anak mereka sendiri. Namun, sebuah Studi Psikologi terbaru menyoroti perspektif yang melegakan: anak pada dasarnya tidak memiliki “hutang” finansial kepada orang tua. Pemahaman ini sangat penting untuk membangun hubungan keluarga yang lebih sehat dan berkelanjutan di tengah tantangan ekonomi modern.
Studi Psikologi yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Keluarga dan Kesejahteraan Sosial pada akhir tahun 2024 menemukan bahwa tekanan untuk membiayai orang tua seringkali berakar pada norma sosial dan budaya, bukan pada kewajiban psikologis yang melekat. Hasil penelitian tersebut, yang dipresentasikan pada simposium kesehatan mental di sebuah universitas pada 18 Maret 2025, menunjukkan bahwa ketika ekspektasi ini terlalu tinggi, dapat menimbulkan stres kronis, kecemasan, dan bahkan burnout pada anak yang menanggung beban tersebut. Dr. Anita Puspitasari, ketua tim peneliti, menjelaskan bahwa orang tua memberikan pengasuhan dan kasih sayang sebagai bagian dari peran mereka, bukan sebagai “investasi” yang harus dibayar kembali dalam bentuk uang.
Konsep “berhutang finansial” ini bisa sangat berbahaya bagi kesehatan mental individu di era generasi sandwich. Mereka mungkin merasa terperangkap, berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dua generasi, dan mengorbankan kesejahteraan finansial serta emosional mereka sendiri. Studi Psikologi ini menekankan pentingnya komunikasi terbuka dan penetapan batasan yang jelas antara orang tua dan anak. Anak dapat memberikan dukungan dalam berbagai bentuk, seperti dukungan emosional, bantuan praktis sehari-hari, atau waktu berkualitas bersama, yang seringkali lebih berharga daripada semata-mata uang.
Meskipun demikian, bukan berarti anak harus mengabaikan orang tua mereka. Sebaliknya, tujuan dari perspektif ini adalah untuk mendorong dinamika keluarga yang didasarkan pada rasa saling menghormati dan mendukung, bukan pada kewajiban finansial yang memberatkan. Mencari solusi kolaboratif, seperti dukungan dari anggota keluarga lain, perencanaan keuangan jangka panjang, atau memanfaatkan program bantuan pemerintah, bisa menjadi jalan keluar yang lebih sehat.
Dengan berpegang pada hasil Studi Psikologi ini, individu dapat terbebas dari beban “hutang finansial” yang tidak perlu. Ini membuka jalan bagi terciptanya hubungan keluarga yang lebih seimbang, didasarkan pada kasih sayang dan dukungan timbal balik, bukan tekanan ekonomi.