Pada pagi hari tanggal 21 November 2022, pukul 13.21 WIB, Kabupaten Cianjur diguncang gempa bumi dahsyat berkekuatan magnitudo 5.6. Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa dan merusak infrastruktur, tetapi juga mengancam masa depan ribuan anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah. Namun, di tengah keputusasaan, semangat guru di Cianjur menjadi pilar utama dalam melindungi bibit unggul bangsa dari dampak buruk bencana alam ini. Mereka tampil sebagai garda terdepan, memastikan pendidikan tetap berjalan meskipun dalam keterbatasan.
Sejak hari-hari pertama pasca-gempa, ketika puing-puing masih berserakan, para guru di Cianjur telah menunjukkan dedikasi luar biasa. Dengan inisiatif sendiri, mereka mendirikan sekolah darurat di lokasi pengungsian, memanfaatkan tenda-tenda seadanya atau bangunan yang masih relatif aman. Di Desa Sarampad, misalnya, Ibu Dewi, seorang guru honorer, secara sukarela mengumpulkan anak-anak di sebuah posko pengungsian untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Ia percaya bahwa menjaga rutinitas belajar adalah salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak mengatasi trauma dan memberikan mereka harapan. Semangat guru ini menjadi bukti nyata bahwa panggilan jiwa seorang pendidik jauh melampaui tugas mengajar di ruang kelas biasa.
Dukungan kolaboratif dari berbagai pihak juga berperan penting. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, melalui Dinas Pendidikan, bergerak cepat menyalurkan bantuan berupa perlengkapan sekolah, seragam, dan buku pelajaran ke daerah-daerah terdampak. Tim gabungan dari TNI-AD dan Polri juga turut membantu dalam mendirikan fasilitas belajar sementara yang lebih layak dan memastikan keamanan selama proses pembelajaran. Pada Januari 2023, sebuah program “Sekolah Ramah Bencana” diluncurkan di beberapa titik pengungsian, menekankan pendekatan pembelajaran yang adaptif dan suportif. Semua upaya ini tidak akan berjalan optimal tanpa adanya semangat guru yang tak kenal lelah, yang terus berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi yang ada.
Para guru di Cianjur tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendamping psikologis bagi anak-anak yang kehilangan segalanya. Mereka mendengarkan keluh kesah, memberikan motivasi, dan menciptakan suasana belajar yang ceria agar anak-anak dapat kembali fokus pada pendidikan mereka. Upaya gigih para guru ini adalah investasi tak ternilai bagi masa depan Cianjur. Mereka melindungi bibit-bibit unggul dari krisis, memastikan bahwa generasi penerus tidak kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, meskipun harus melalui cobaan berat. Semangat mereka adalah inspirasi bagi kita semua, sebuah pengingat bahwa pendidikan adalah harapan yang tak boleh padam.