Dalam beberapa tahun terakhir, narasi tentang pengasuhan anak telah mengalami pergeseran signifikan. Jika dulu fokus utama seringkali ada pada peran ibu, kini sorotan media dan diskusi publik semakin menyoroti peran krusial ayah dalam tumbuh kembang anak. Terutama di kalangan Generasi Z, kesadaran akan pentingnya pengasuhan bersama telah meningkat tajam, dipicu oleh berbagai platform digital dan pengalaman yang berbeda dari generasi sebelumnya. Pemahaman bahwa peran krusial ayah melampaui sekadar penyedia materi kini menjadi norma baru.
Salah satu alasan utama mengapa peran krusial ayah menjadi sorotan adalah dampak nyata yang terlihat dari absennya figur ayah. Fenomena fatherless, baik secara fisik maupun emosional, telah banyak dibahas di media sosial seperti TikTok, X, dan Instagram. Generasi Z yang tumbuh besar dengan akses informasi tak terbatas, seringkali dapat mengenali pola ini dari pengalaman pribadi atau orang di sekitar mereka. Mereka menyaksikan bagaimana ketiadaan atau keterlibatan ayah yang minim dapat memengaruhi perkembangan psikologis dan emosional anak. Ini mendorong mereka untuk mencari model pengasuhan yang lebih seimbang dan terintegrasi.
Media massa, baik daring maupun luring, juga memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran ini. Artikel, dokumenter, dan podcast yang membahas psikologi anak dan dinamika keluarga seringkali menyoroti bagaimana keterlibatan aktif ayah berkorelasi dengan hasil positif pada anak, seperti peningkatan prestasi akademik, stabilitas emosional, dan kemampuan bersosialisasi yang lebih baik. Informasi ini membentuk pemahaman kolektif di kalangan Generasi Z tentang peran krusial ayah sebagai teladan maskulin, pembimbing, dan partner dalam membangun hubungan yang sehat. Sebuah laporan dari sebuah lembaga penelitian parenting yang diterbitkan pada 15 April 2025, menunjukkan peningkatan 40% dalam pencarian daring terkait “tips pengasuhan ayah” oleh demografi di bawah 30 tahun.
Selain itu, Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang lebih terbuka terhadap kesetaraan gender dan pembagian tugas dalam rumah tangga. Mereka tidak lagi melihat pengasuhan sebagai domain eksklusif ibu. Pandangan ini mendorong ayah-ayah muda dari generasi ini untuk lebih aktif terlibat dalam setiap aspek pengasuhan, mulai dari co-parenting hingga mengambil bagian dalam kegiatan harian anak. Kesadaran akan peran krusial ayah ini tidak hanya mengubah dinamika keluarga, tetapi juga membentuk pola interaksi dan kelekatan yang lebih kuat antara ayah dan anak.
Dengan demikian, pergeseran pemahaman ini, yang didorong oleh sorotan media dan pengalaman pribadi Generasi Z, telah membawa peran krusial ayah ke garis depan diskusi pengasuhan. Ini adalah langkah positif menuju pembentukan keluarga yang lebih seimbang, di mana kedua orang tua berperan aktif dan penuh dalam membentuk masa depan anak-anak.