Menyingkap Akar Kerapuhan Gen Z: Apa yang Perlu Kita Pahami?

Generasi Z seringkali menjadi sorotan karena karakteristik unik mereka, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan mental dan ketahanan emosional. Ada narasi yang berkembang bahwa mereka lebih rapuh dibandingkan generasi sebelumnya. Untuk memahami fenomena ini secara mendalam, penting bagi kita untuk menyingkap akar kerapuhan Gen Z dan faktor-faktor pemicunya. Dengan menyingkap akar kerapuhan ini, kita dapat mencari solusi yang tepat untuk mendukung mereka.

Salah satu akar utama yang perlu kita pahami adalah dunia digital yang tanpa batas dan selalu terhubung. Gen Z tumbuh besar dengan internet, media sosial, dan smartphone di genggaman mereka. Paparan konstan terhadap informasi, berita buruk, dan kehidupan orang lain yang sering kali disaring dan disempurnakan, dapat menciptakan tekanan psikologis yang besar. Perbandingan sosial yang tiada henti di media sosial bisa memicu rasa tidak cukup, kecemasan, dan depresi. Sebuah survei kesehatan mental remaja yang dilakukan oleh Pusat Data Kesehatan Jiwa Nasional pada 1 Juli 2025 menunjukkan bahwa 60% Gen Z merasa tertekan oleh ekspektasi yang mereka lihat di media sosial.

Selain itu, tekanan akademik dan ekonomi juga turut menyingkap akar kerapuhan ini. Gen Z menghadapi persaingan yang lebih ketat dalam pendidikan dan pasar kerja. Ekspektasi untuk meraih prestasi tinggi, baik dari orang tua maupun sistem, dapat menimbulkan beban mental yang signifikan. Ketidakpastian ekonomi global, perubahan iklim, dan kondisi sosial-politik yang kompleks juga menambah tingkat stres, membuat mereka merasa kurang memiliki kontrol atas masa depan mereka sendiri. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin memiliki persepsi lebih stabil tentang jenjang karir.

Pola asuh yang cenderung lebih protektif juga disebut-sebut sebagai salah satu faktor. Meskipun bertujuan baik, terkadang pola asuh ini dapat membatasi kesempatan Gen Z untuk menghadapi tantangan dan kegagalan secara mandiri, sehingga mereka mungkin kurang terlatih dalam mengembangkan coping mechanism yang efektif ketika dihadapkan pada kesulitan di dunia nyata. Akibatnya, mereka bisa merasa kewalahan lebih cepat.

Namun, menyingkap akar kerapuhan Gen Z juga berarti melihat sisi positifnya. Keterbukaan mereka terhadap isu kesehatan mental adalah kekuatan. Mereka lebih berani berbicara, mencari bantuan, dan advokasi untuk lingkungan yang lebih suportif. Memahami faktor-faktor ini bukan untuk melabeli mereka, melainkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan agar dapat berkembang di dunia yang semakin kompleks.