Generasi Z dan Kesederhanaan: Memahami Gejala “Manusia Tikus” Hari Ini

Istilah “manusia tikus” mungkin terdengar sinis, namun bagi Generasi Z dan Kesederhanaan adalah dua hal yang semakin erat kaitannya. Gejala ini mengacu pada pilihan gaya hidup yang sangat pragmatis dan hemat, yang seringkali disalahartikan sebagai kemiskinan atau kurangnya ambisi. Padahal, bagi banyak individu dari Generasi Z dan Kesederhanaan adalah respons cerdas terhadap tantangan ekonomi dan prioritas nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka memilih untuk fokus pada esensi hidup, bukan pada akumulasi materi berlebihan.

Generasi Z dan Kesederhanaan bukanlah fenomena yang muncul tanpa sebab. Generasi ini tumbuh di bawah bayang-bayang krisis ekonomi global, menyaksikan ketidakpastian pasar kerja, dan menghadapi biaya hidup yang terus meningkat, terutama di kota-kota besar. Mereka cenderung lebih realistis dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan finansial. Daripada terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang mungkin sulit dipertahankan, mereka memilih untuk mengadopsi kebiasaan hemat. Misalnya, alih-alih membeli rumah atau mobil segera, mereka mungkin memprioritaskan tabungan, investasi pendidikan, atau pengalaman perjalanan. Sebuah laporan dari Departemen Statistik Malaysia pada 18 Juni 2025 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran bulanan Gen Z untuk hiburan cenderung lebih rendah dibandingkan pengeluaran untuk pengembangan diri.

Aspek lain dari Generasi Z dan Kesederhanaan ini adalah kesadaran mendalam akan isu lingkungan dan keberlanjutan. Mereka sangat peduli terhadap dampak konsumsi terhadap bumi. Hidup minimalis, mendaur ulang, dan mengurangi jejak karbon menjadi bagian integral dari gaya hidup “manusia tikus” yang mereka praktikkan. Mereka lebih memilih produk-produk yang etis dan ramah lingkungan, serta berusaha mengurangi pemborosan dalam segala aspek kehidupan mereka. Ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah nilai yang tertanam kuat dalam diri mereka.

Selain itu, teknologi juga memfasilitasi gaya hidup ini. Dengan akses mudah ke informasi, layanan streaming, dan platform berbagi (sharing economy), kebutuhan untuk memiliki banyak barang fisik berkurang. Mereka bisa menikmati hiburan atau mendapatkan informasi tanpa harus membeli produk fisik. Fleksibilitas kerja jarak jauh juga memungkinkan mereka untuk hidup di tempat dengan biaya yang lebih rendah. Pada 19 Juni 2025, sebuah survei yang dilakukan oleh think tank ekonomi di Singapura menemukan bahwa 75% Gen Z merasa platform digital membantu mereka mempertahankan gaya hidup yang lebih hemat dan efisien.

Jadi, ketika kita melihat Generasi Z dan Kesederhanaan dalam konteks “manusia tikus”, penting untuk tidak menghakimi. Ini adalah adaptasi cerdas, pergeseran prioritas, dan upaya mereka untuk membangun kehidupan yang bermakna di tengah realitas yang menantang. Mereka membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu berarti kekayaan materi, melainkan kebebasan, pengalaman, dan dampak positif yang bisa mereka berikan.