Generasi Digital dan Pengasuhan: Realistis Lebih Baik dari Ideal

Di tengah derasnya arus informasi dan teknologi, orang tua dihadapkan pada tantangan unik dalam mengasuh anak-anak yang tumbuh sebagai Generasi Digital. Ekspektasi untuk menjadi orang tua ideal seringkali membebani, padahal dalam konteks pengasuhan anak-anak yang akrab dengan gawai dan internet, bersikap realistis jauh lebih baik daripada mengejar kesempurnaan yang semu.

Generasi Digital tumbuh dengan akses tak terbatas pada informasi, hiburan, dan interaksi sosial melalui layar. Ini membawa dampak positif maupun negatif. Di satu sisi, anak-anak memiliki kesempatan belajar yang luas dan dapat mengembangkan kreativitas melalui berbagai platform digital. Di sisi lain, mereka juga rentan terhadap konten negatif, cyberbullying, atau kecanduan gawai. Menghadapi kompleksitas ini, orang tua tidak bisa lagi hanya mengandalkan pola asuh konvensional. Pendekatan yang realistis berarti mengakui bahwa penggunaan teknologi adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada April 2024 menunjukkan bahwa 85% anak usia 6-12 tahun di perkotaan Indonesia telah terpapar internet secara aktif.

Fokus orang tua terhadap Generasi Digital seharusnya bukan pada pelarangan total, melainkan pada pendampingan dan edukasi. Realistis berarti memahami bahwa anak akan tetap bersentuhan dengan teknologi, dan tugas orang tua adalah membimbing mereka untuk menggunakan teknologi secara bijak dan aman. Ini termasuk menetapkan batasan waktu layar yang masuk akal, memilih konten yang sesuai usia, serta mengajarkan etika berinteraksi di dunia maya. Pada 10 Mei 2025, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam seminar online bertema “Pengasuhan di Era Digital” menyarankan agar orang tua lebih sering berdiskusi terbuka dengan anak tentang pengalaman mereka di dunia maya.

Alih-alih stres karena merasa tidak mampu memenuhi standar pengasuhan ideal yang seringkali hanya ada di media sosial, orang tua perlu memprioritaskan koneksi emosional dan komunikasi. Generasi Digital membutuhkan figur yang bisa diajak bicara dan dipercaya, bukan pengawas yang kaku. Realistis juga berarti mengakui bahwa setiap keluarga memiliki dinamika dan sumber daya yang berbeda. Tidak ada formula tunggal yang berlaku untuk semua. Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi adalah kunci.

Pada akhirnya, pengasuhan Generasi Digital di era ini menuntut pendekatan yang pragmatis dan penuh kasih. Dengan bersikap realistis, orang tua dapat fokus pada hal-hal yang benar-benar penting: membangun hubungan yang kuat dengan anak, mengajarkan literasi digital, dan membekali mereka dengan nilai-nilai yang akan membimbing mereka dalam menghadapi tantangan dunia maya.