Generasi Z, kelompok usia yang tumbuh besar di era digital, seringkali dihadapkan pada akar masalah keuangan yang unik, salah satunya adalah jebakan Fear of Missing Out (FOMO) dan gaya hidup konsumtif. Fenomena ini, yang dipicu oleh paparan media sosial tak terbatas, mendorong keinginan untuk terus mengikuti tren dan pengalaman yang dilihat secara online, tanpa mempertimbangkan kondisi finansial pribadi. Memahami bagaimana FOMO menjadi akar masalah keuangan bagi Gen Z adalah langkah pertama untuk menemukan solusinya.
FOMO adalah perasaan cemas atau khawatir akan ketinggalan pengalaman menarik yang dialami orang lain, terutama teman sebaya. Di era media sosial, FOMO diperparah dengan mudahnya melihat gaya hidup glamor, liburan mewah, atau barang-barang terbaru yang dipamerkan oleh influencer maupun lingkaran pertemanan. Hal ini memicu dorongan kuat untuk ikut serta, bahkan jika itu berarti mengeluarkan uang di luar kemampuan. Misalnya, membeli tiket konser seharga jutaan rupiah hanya karena semua teman pergi, atau membeli gawai terbaru padahal yang lama masih berfungsi, adalah contoh nyata dari bagaimana FOMO menjadi akar masalah keuangan. Pusat Studi Generasi dan Keuangan di sebuah universitas swasta ternama, dalam riset yang dipublikasikan pada April 2025, menemukan bahwa 65% Gen Z di perkotaan mengakui pembelian impulsif mereka dipicu oleh konten media sosial.
Gaya hidup konsumtif yang berlebihan, yang merupakan turunan dari FOMO, semakin memperburuk situasi. Gen Z seringkali merasa tekanan untuk selalu tampil up-to-date atau memiliki barang-barang bermerek sebagai simbol status sosial. Diskon besar atau tawaran flash sale dari e-commerce yang agresif juga seringkali sulit ditolak, meskipun barang tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan. Kebiasaan ini membuat pengeluaran membengkak dan tabungan sulit terbentuk, bahkan bagi mereka yang sudah memiliki penghasilan.
Untuk mengatasi akar masalah keuangan ini, Gen Z perlu mulai membangun literasi finansial yang kuat. Ini termasuk kemampuan membuat anggaran, membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta menunda kepuasan instan demi tujuan finansial jangka panjang. Mengelola pengeluaran dan berinvestasi sejak dini adalah kunci. Mengurangi waktu di media sosial atau membatasi mengikuti akun-akun yang memicu konsumerisme juga dapat membantu. Dengan kesadaran dan disiplin, Gen Z bisa keluar dari jebakan FOMO dan gaya hidup konsumtif, menuju kemandirian finansial yang lebih stabil.